FAKULTAS KEDOKTERAN
2005
BAB I
PENDAHULUAN
Sepsis neonatorum/sepsis neonatal adalah suatu penyakit pada bayi baru lahir dengan umur kurang dari 1 bulan, kebanyakan bayi-bayi tersebut menunjukkan gejala-gejala sakit dan dengan kultur darah menunjukkan hasil yang positif. Sepsis neonatal masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada bayi-bayi baru lahir. Insidensi / frekuensi sepsis neonatal adalah kasus dari 1000 kelahiran hidup pada bayi aterm, dan 4 kasus dari 1000 kelahiran hidup pada bayi prematur. Peningkatan kejadian secara dramatis sampai mencapai 300 dari 1000 kelahiran bayi hidup adalah pada bayi dengan berat badan lahir rendah ( < style=""> ( PROM/ Premature Rupture of Membrane ) yang terjadi 12 jam sampai lebih dari 24 jam sebelum lahir, perdarahan ibu, toksemia, fetal distres, aspirasi mekonium, ibu dengan infeksi traktus urinarius atau endometrium, kebanyakan pada ibu dengan demam singkat selama partus.Peralatan pernafasan yang terkontaminasi seperti alat-alat intubasi patut diduga penyebab timbulnya nosokomial pneumonia dan sepsis neonatus. Bentuk klinis dari sepsis neonatal dengan pneumoni neonatal adalah sama /serupa seperti: lethargi, poor feeding, sianosis sentral dan tanda-tanda kesulitan bemapas, maka dari itu sulit memisahkan / membedakan dari sebuah primer infeksi pada neonatal pneumoni dengan sepsis neonatal.
BAB II
ISI
2.1 DEFINISI
Sepsis neonatorum, sepsis neonatus dan septikemia neonatus merupakan istilah yang telah digunakan untuk menggambarkan respons sistemik terhadap infeksi pada bayi baru lahir.
Sepsis neonatorum adalah suatu bentuk penyakit yang digambarkan dengan adanya infeksi bakteri secara sistemik pada bulan pertama kehidupan yang ditandai hasil kultur darah yang positif. Definisi lainnya adalah sindroma klinis yang ditandai gejala sitemik dan disertai bakteriemia yang terjadi dalam bulan pertama kehidupan.
Insidensi sepsis neonatorum beragam, dari 1-4/1000 kelahiran hidup di negara maju dengan fluktuasi yang besar sepanjang waktu dan tempat geografis. Keragaman insiden dari rumah sakit ke rumah sakit lainnya dapat dihubungkan dengan angka prematuritas, perawatan prenatal, pelaksanaan persalinan, dan kondisi lingkungan di ruang perawatan. Angka sepsis neonatorum meningkat secara bermakna pada bayi dengan berat badan lahir rendah dan bila ada faktor resiko ibu ( obstetrik ) atau tanda- tanda koriamnionitis, seperti ketuban pecah lama ( > 18 jam ), demam intrapartum ibu (> 37,5°C ), leukositosis ibu (>18000/mm3), pelunakan uterus dan takikardi janin (>180 kali/menit). Faktor resiko host meliputi jenis kelamin laki-laki, cacat imun didapat atau kongenital, galaktosemia ( Escherichia coli) pemberian preparat besi intramuskuler ( E.coli), anomali kongenital (saluran kencing, asplenia, myelomeningokel, saluran sinus), omfalitis dan kembar (terutama kembar kedua dari janin yang terinfeksi). Prematuritas merupakan faktor resiko baik pada sepsis awal maupun lanjut.
2.2 KLASIFIKASI
Berdasarkan umur dan onset / waktu timbulnya gejala-gejala, sepsis neonatorum dibagi menjadi dua:
2.2.1 Early onset sepsis neonatal / sepsis awitan awal dengan ciri-ciri:
* Umur saat onset → mulai lahir sampai 7 hari,biasanya <>
* Penyebab → organisme dari saluran genital ibu.
* Organisme → grup B Streptococcus, Escherichia coli, Listeria non-typik, Haemophilus influezae dan enterococcus.
* Klinis → melibatkan multisistem organ (resiko tinggi terjadi pneumoni)
* Mortalitas → mortalitas tinggi (15-45%).
2.2.2 Late onset sepsis neonatal / sepsis awitan lanjut dengan ciri-ciri:
* Umur saat onset → 7 hari sampai 30 hari.
* Penyebab → selain dari saluran genital ibu atau peralatan.
* 0rganisme → Staphylococcus coagulase-negatif, Staphylococcus aureus, Pseudomonas, Grup B Streptococcus, Escherichia coli, dan Listeria.
* Klinis → biasanya melibatkan organ lokal/fokal (resiko tinggi terjadi meningitis).
* Mortalitas → mortalitas rendah ( 10-20%).
2.3 ETIOLOGI
Etiologi terjadinya sepsis pada neonatus adalah dari bakteri.virus, jamur dan protozoa ( jarang ). Penyebab yang paling sering dari sepsis awitan awal adalah Streptokokus grup B dan bakteri enterik yang didapat dari saluran kelamin ibu. Sepsis awitan lanjut dapat disebabkan oleh SGB, virus herpes simplek (HSV), enterovirus dan E.coli. Pada bayi dengan berat badan lahir sangat rendah, Candida dan Stafilokokus koagulase-negatif (CONS), merupakan patogen yang paling umum pada sepsis awitan lanjut.
Jika dikelompokan maka didapat:
* Bakteri gram positif
° Streptokokus grup B → penyebab paling sering.
° Stafilokokus koagulase negatif → merupakan penyebab utama bakterimia nosokomial.
° Streptokokus bukan grup B.
* Bakteri gram negatif
° Escherichia coli Kl penyebab nomor 2 terbanyak.
° H. influenzae.
° Listeria monositogenes.
° Pseudomonas
° Klebsiella.
° Enterobakter.
° Salmonella.
° Bakteria anaerob.
° Gardenerella vaginalis.
Walaupun jarang terjadi,terhisapnya cairan amnion yang terinfeksi dapat menyebabkan pneumonia dan sepsis dalam rahim, ditandai dengan distres janin atau asfiksia neonatus. Pemaparan terhadap patogen saat persalinan dan dalam ruang perawatan atau di masyarakat merupakan mekanisme infeksi setelah lahir.
2.4 PATOGENESA
Terdapat perbedaan patogenesa antara sepsis neonatus yang early onset/awitan awal dengan yang late onset/awitan lanjut.early onset didapat secara transmisi vertikal dalam uterus atau intra partus,sedangkan late onset biasanya secara transmisi horisontal dan intra partus.
2.4.1 Early onset / awitan awal
Hal yang paling penting faktor resiko terjadinya infeksi adalah pada saat persalinan dimana keberadaan mikroorganisme dalam saluran genito urinarius.Bakteri pada saluran genito urinarius naik secara asending dan mencapai cairan amnion setelah terjadi ruptur pada membran prematur ( PROM ). Infeksi secara asending juga dapat terjadi pada saat kontak dengan membran korioamnetik dalam uterus yang berdampak lahir hidup atau mati beberapa jam setelah lahir. Altematif lain adalah pada saat neonatus kontak dengan mikroorganisme selama melalui jalan lahir. Ketika fetus menghisap/aspirasi cairan amnion yang terkontaminasi.mikroorganisme mencapai bagian bawah saluran sistem pemapasan dan menyebabkan kerusakan sel epitel dari paru- paru.sebagai hasilnya adalah pnemonia dan distres pemapasan yang terlihat pada beberapa jam setelah kelahiran. Sepsis neonatal yang berat terjadi jika bakteri menginvasi melalui intravaskular dan adanya kegagalan dari tuan rumah untuk mengeliminasi mikroorganisme patogen.
Secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut:
* Transplasenta (antepartum).
* Asenderen kuman vagina ( partus lama,ketuban pecah sebelum waktunya).
* Waktu melewati jalan lahir (kuman dari vagina dan rektum).
2.4.2 Late onset /awitan lanjut
Transmisi secara horisontal memegang peranan yang besar,kontak yang erat dengan ibu yang menyusui,dan penularan transmisi secara nosokomial.Yang paling utama penyebab faktor resiko didapatkannya nosokomial sepsis adalah penggunaan lama kateter plastik intravaskuler, penggunaan prosedur invasif, pemakaian antibiotik, perawatan yang lama di rumah sakit,kontaminasi dari peralatan laboratorium pendukung, cairan intravena atau enteral,dan peralatan yang terkontaminasi.Bagaimanapun,situasi yang meningkatkan paparan neonatus terhadap mikroorganisme menghasilkan peningkatan yang tinggi terhadap infeksi nosokomial dalam perawatan.
Secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut:
* Akibat tindakan manipulasi (intubasi,kateterisasi,pemasangan infus.dll).
* Defek kongenital (omfalokel,meningokel,labioskizis,labiopalatoskizis,dll).
*Koloni kuman beasal dari saluran napas atas,konjungtiva,membran mukosa, umbilikus dan kulit yang menginvasi / menyebar secara sistemik.
Faktor - faktor resiko untuk terjadinya sepsis neonatus perlu juga diketahui. Faktor resiko dari sepsis neonatus terdiri faktor pejamu, sosio-ekonomi, riwayat persalinan, perawatan bayi baru lahir, dan kesehatan serta keadaan gizi ibu, merupakan faktor-faktor resiko terpenting pada sepsis neonatal.
Dari laporan penelitian pada sepsis neonatal yang terjadi segera setelah lahir,menunjukkan adanya satu atau lebih faktor resiko pada riwayat kehamilan dan persalinan. Faktor-faktor tersebut adalah kelahiran kurang bulan,berat badan lahir rendah,ketuban pecah dini,infeksi maternal peripartum,kelahiran aseptik,kelahiran traumatik,dan keadaan hipoksia. Pada umumnya sepsis neonatal tidak akan terjadi pada bayi lahir cukup bulan dengan riwayat kehamilan dan persalinan normal.
Dari faktor-faktor diatas dapat diringkas menjadi dua faktor besar yaitu faktor ibu
anak dan ada juga yang membaginya menjadi faktor mayor-minor.
Faktor ibu :
*Ketuban pecah sebelum waktunya.
*Infeksi peripartum.
*Partus lama.
*Infeksi intrapartum.
Faktor anak:
*Berat badan lahir rendah.
*Prematuritas.
*Kecil untuk masa kehamilan.
*Defek kongenital.
*Bayi laki-laki lebih banyak dari perempuan.
*Tindakan resusitasi saat melakukan intubasi.
*Kehamilan kembar.
*Dan lain-lain.
Faktor mayor :
*Ruptur membran ibu yang lama > 24 jam.
*Ibu dengan demam intrapartum > 38°C,
*Korioamnionitis.
*Fetal takikardi > 160 kali /menit.
Faktor minor:
*Ibu dengan demam intrapartum > 37,5°C.
'"Kehamilan kembar.
*Bayi prematur (<>
*Ibu dengan leukositosis (hitung sel darah putih >15.000).
*Ruptur membran > 12 jam.
*Takipnea (<1>
*Kolonisasi SGB pada ibu.
*APGAR score yang rendah (<>
*Berat badan lahir rendah / LBW ( <>
*Lochia berbau busuk.
Berikut ini akan dibahas sebagian dari faktor-faktor yang telah disebut diatas.
Berat lahir.
Berat lahir memegang peran penting pada terjadinya sepsis neonatal. Dilaporkan bahwa bayi dengan berat lahir rendah mempunyai resiko 3 kali lebih tinggi terjadi sepsis daripada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram.Makin kecil berat lahir makin tinggi angka kejadian sepsis. Masalah sepsis bukan saja terjadi dekat setelah lahir,tetapi seringkali seorang bayi berat lahir rendah setelah dapat mengatasi masalah prematuritasnya selama 5 hari pertama kehidupan ,meninggal setelah mendapat sepsis dikemudian hari(late onset sepsis neonatal). Walaupun angka kematian sepsis onset lambat mempunyai prognosis yang lebih baik daripada sepsis onset dini.
Perawatan di Unit Perawatan Intensif Neonatus ( UPIN ).
Neonatus yang dirawat di ruang rawat intensif mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya infeksi. Hal ini dapat dimengerti oleh karena pada umumnya pasien yang dirawat di ruang intensif adalah pasien berat.Pada umumnya infeksi merupakan penyebab kematian pada bayi kecil
Respon imun penjamu.
Kerentanan bayi baru lahir terhadap terjadinya sepsis diduga disebabkan oleh karena sistem imunologi baik humoral maupun selular yang masih imatur.Para peneliti banyak melaporkan mengenai pengaruh jenis kelamin pada kejadian sepsis neonatal.Dikemukakan bahwa sepsis neonatal lebih banyak dijumpai pada anak laki-laki daripada bayi perempuan.Bayi lelaki juga lebih rentan terhadap infeksi basil enterik gram negatif sedangkan bayi perempuan lebih rentan terhadap infeksi bakteri kokus gram positif.Angka kejadian bayi lelaki lebih rentan menderita sepsis daripada perempuan dengan rasio 7:3. Dugaan penyebabnya adalah peran faktor sex-linked pada kerentanan penjamu terhadap infeksi. Telah disepakati bahwa gen yang terletak pada kromosom x mempengaruhi fungsi kelenjar thymus dan sintesis imunoglobulin.Perempuan mempunyai dua gen x mungkin hal ini yang menyebabkan lebih tahan terhadap infeksi. Beberapa peneliti membuktikan bahwa bayi perempuan lebih jarang menderita sindrom distres pemapasan. Peneliti lain melaporkan bahwa rasio lecithin:sphingomyelin dan konsentrasi saturated phosphatidylcholine serta kortisol dalam cairan amnion pada kehamilan 28-40 minggu bayi perempuan lebih tinggi daripada bayi lelaki.
Faktor geografi.
Jenis bakteri penyebab berbeda antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lain atau antara negara satu dengan negara lain.Hal ini disebabkan karena perbedaan fasilitas pelayanan kesehatan, budaya setempat termasuk sexual-practices, pelayanan perawatan, dan pola penggunaan antibiotik.Hal tersebut akan menyebabkan pola etiologi sepsis neonatal berbeda pada tiap negara. Spesies Salmonella dan Enterobacteriacae lainnya serta Streptococcus pneumonia di samping E.coli di daerah tropis banyak dilaporkan sebagai penyebab utama sepsis neonatal. Faktor lain adalah jenis kolonisasi bakteri pada ibu hamil-pun berbeda di setiap negara.
Faktor sosio-ekonomi.
Pola gaya hidup ibu,termasuk kebiasaan.kondisi perumahan, status nutrisi, dan penghasilan orang tua sangat mempengaruhi resiko terjadinya infeksi pada bayi baru lahir. Sebenarnya berat bayi lahir rendah dan prematuritas merupakan faktor resiko terpenting terjadinya sepsis neonatal Kesempatan bayi kontak dengan infeksi akan meningkat ketika bayi tersebut pulang.Pertemuan dengan anggota keluarga lain serumah,akan meningkatkan resiko terjadinya infeksi (khususnya infeksi stafilokokus) akan sangat menular ke anggota keluarga yang lain. Keadaan tersebut akan menjadi lebih berat bila pada keluarga dengan sosio ekonomi rendah.
Perawatan di bangsal bayi.
Dibangsal perawatan bayi baru lahir seringkali infeksi berasal dari orang dewasa,termasuk ibu,perawat atau keluarga lain yang berkunjung. Transmisi melalui droplet merupakan sumber infeksi terbanyak, baik berasal dari orang dewasa maupun dari bayi lahir. Infeksi stafilokokus biasanya dihubungkan dengan transmisi dari orang dewasa,sedangkan penularan dari alat dan cairan menyebabkan infeksi spesies Proteus, Klebsiella, Serratia marcescans, Pseudomonas, dan Flavobacterium.
Di pihak lain,penggunaan antibiotik yang berlebihan akan menyebabkan perubahan pola resistensi bakteri setempat.Penggunaan preparat ampisilin dan gentamisin atau kloramfenikol (sebagai pengobatan standar)dalam jangka waktu panjang menyebabkan resistensi antibiotik tersebut. Akhir-akhir ini dilaporkan peningkatan resistensi bakteri terhadap golongan sefalosporin generasi ketiga terhadap enterik gram negatif lebih cepat terjadi dibandingkan dengan pengobatan standar.Pemakaian obat topikal terutama hexachlorophene sebagai anti septik untuk perawatan talipusat, dilaporkan sangat efektif menghambat kolonisasi stafilokokus tetapi tidak menghambat kolonisasi bakteri gram negatif. Walaupun demikian belum pemah dilaporkan hubungan antara pemakaian hexachlorophene dengan kejadian sepsis neonatal.
2.5 DIAGNOSIS
Diagnosis sepsis dapat ditegakkan dengan:
1.Anamnesa dan pemeriksaan fisik/ berdasarkan gejala klinis.
2.Tes laboratorium yang mendukung dalam membuat anamnesis.
2.5.1 Dari gejala-gejala klinis / manifestasi klinis
Bayi-bayi sepsis dapat dengan cepat keadaannya memburuk dan terapi antibiotik secara empiris dimulai jika diduga ada tanda-tanda klinis sepsis.Tidak ada tes yang cepat dan terpercaya untuk konfirmasi dari diagnosis etiologi.Isolasi mikroorganisme dari darah,cairan serebrospinal.atau urine merupakan gold standar untuk diagnosis pasti,bagaimanapun hasil kultur adalah terpenting, namun sensitivitas dari metoda kultur kadang-kadang dapat rendah.Peneliti harus dapat mempunyai sebuah tes atau panel tes yang dapat mengidentifikasi bayi sepsis dengan akurat dan cepat sambil menunggu hasil kultur.Banyak kemajuan dari bukan metoda kultur,seperti teknologi dari polymerase chain reaction I PCR ,memberi janji dalam mendiagnosa infeksi.Bagaimanapun,tetap tes laboratorium non spesifik untuk mendiagnosa infeksi dari bakteri invasif adalah paling penting pada neonatal.
Manifestasi klinis dari early onset biasanya distres pemapasan disertai dengan pneumoni dan sepsis, tapi untuk late onset menunjukan gejala sepsis,meningitis, dan osteoarthritis.
# Early onset / awitan awal.
Tanda-tanda klinis muncul semenjak 6 jam kehidupan >50 kasus, mayoritas / kebanyakan muncul pada 72 jam pertama umur kehidupan.
Tanda awal biasanya sering tidak spesifik dan tidak diketahui.
*Hilangnya aktifitas spontan.
*Poor sucking.
*Apnea.
*Bradikardi.
*Suhu tubuh yang tidak stabil.
Tanda-tanda dan gejala lainnya.
*Distres pernafasan.
Kebanyakan neonatus dengan early onset infeksi menunjukkan gejala distres pernafasan yang sulit dibedakan dengan bentuk HMD, pneumonia, atau penyebab lain dari kesulitan bernafas,dengan penampilan seperti sianosis, dispneu, takipneu, apnea, retraksi epigastrium, dan intercostal.Terjadinya gejala distres pernafasan adalah >80 dari neonatus.Pneumonia dan septikemi merupakan bentuk manifestasi yang banyak
*Gangguan kardiovaskuler.
Bradikardi, pallor, penurunan perfusi, hipotensi.
*Gangguan metabolik.
Hipotermia,hipertermia,asidosis metabolik (ph <7,25>
*Gangguan neurologik.
Lethargi,hipotonia,penurunan aktifitas,seizures,jittery.
# Late onset / awitan lanjut
* Gejala dan tanda-tanda klinis muncul >7 hari kehidupan.Transmisi secara horisontal dapat dari yang lain (dari neonatus yang terinfeksi atau dari perawat kesehatan) atau secara vertikal (dari ibu yang terlalu sering berdekatan).Tanda-tanda yang sering biasanya demam,lethargi. Irritable, poor feeding, dan takipnea.
* Distres pernafasan yang tidak begitu jelas.
2.5.2 Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada bayi-bayi sepsis sebagai berikut:
a.Skrining sepsis yang rutin.
-Hitung jenis darah lengkap.
-Kultur darah.
-Apusan bahan dari bagian yang mengalami infalamasi.
-Apusan dari telinga dan tenggorokan (pada early -onset infeksi).
-Urine secara mikroskopis dan kultur.
-Rontgen thoraks.
-C-reaktif protein.
b.Tes rutin tambahan,dari indikasi klinis yang didapatkan.
-Lumbal pungsi,
-Kultur dan gram dari aspirasi lambung.
-Kultur dan gram dari apusan vagina yang lebih tinggi dari ibu.
-Kultur dari endotrakeal tube atau aspirasi dari trakeal.
-Kultur dari drainase dada.
-Kultur dari kateter vaskular.
-Kultur darah kwantitatif atau kultur darah multipel.
-IgG konsentrasi serial untuk spesifik organisme.
-IgM konsentrasi untuk organisme spesifik.
-Buffy coat secara mikroskopik.
c.Tes tidak rutin atau tes baru
-Lateks aglutinasi tes.
-Serum interleukin dan TNFa.
-Immunoelektroforesis.
-Acridin orange leukosit cystopin test.
Komponen dari skrining sepsis adalah:
1.C-Reaktive Protein >10 mg/L.
Sensitivitas tes ini: 47-100.
Spesifik: 83-94.
2.Total Leucocyte Count (TLC) <5.000,>15.000.
Sensitivitas tes ini: 17-89.
Spesifik: 81-98.
3.Absolute Neutrophil Count (ANC) <>
Sensitivitas tes ini: 38-96.
Spesifik: 61-92.
4.Immature Total Ratio (ITR) >20
Sensitivitas tes ini: 90-100.
Spesifik: 50-78.
5.Micro-ESR (mESR) > umur dalam hari+ 3 mm.
Sensitivitas: 27-50.
Spesifik: 83-99.
2.6 KOMPLIKASI
*Meningitis bakterialis.
*Enterokolitis nekrotikans.
*Koagulasi intravaskuler diseminata.
*Syok septik.
2.7 TERAPI
*Umum
*Rawat dalam ruang isolasi / inkubator.
*Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa bayi.
*Pemeriksa harus memakai pakaian ruangan yang telah disediakan.
*Pengaturan suhu dan posisi bayi.
*Khusus
a.Suportif untuk menjaga stabilitas hemodinamik dan oksigenisasi jaringan vital.
b. Terapi 02 bila ditemukan: sianosis, distres pemapasan ,apnea, dan serangan kejang.
c. Pemberian cairan dan elektrolit. Pada keadaan umum yang jelek, diberikan secara parenteral sesuai dengan umur dan berat badan bayi. Bila keadaan umum baik dapat diberikan nutrisi enteral secara bertahap dan parenteral dikurangi sampai kebutuhan rumatan terpenuhi peroral.
d. Atasi kejang
e. Atasi hiperbilirubin
f. Atasi anemia.syok.
g.Antibiotik
Sebelum pemberian antibiotik, periksa kultur, dan tes resistensi.Diberikan antibiotik spektrum luas untuk gram negatif dan positif selama belum ada hasil kultur.
h.Terapi awal (sebelum ada kultur dan resistensi) :
Kombinasi ampisilin+aminoglikosida
Ampisillin:50 mg/KgBB/dosis, IV
Bayi<>
Bayi>7hari: 3 -4x/hari
Aminoglikosida
<2500>
>2500g:2,5 mg/KgB/dosis, IV,2x/hari
Kombinasi sefotaksim + aminoglikosida untuk sepsis yang diduga disebabkan gram negatif.
Sefotaksim:
<>
> 7 hari: 150 mg/KgBB/hari, i.v, dibagi 3 dosis
Untuk meningitis:200 mg/kgbb/hari dibagi 4 dosis
i. Terapi lanjutan: observasi setelah 48 jam klinis dan laboratorium.apabila tidak
Ada perbaikan.antibiotik diganti dengan antibiotik altematif sesuai dengan
gambaran klinis penderita.
j.Imunoterapi
Imunoglobulin
Infus granulosit
Transfusi ganti
2.8 PENCEGAHAN
2.8.1 Dari Ibu.
Grup B Streptococcus merupakan penyebab terberat sebagai patogen terbanyak pada akhir tahun 1960an dan biasanya sebagai penyebab dari early-onset sepsis. Sepuluh sampai 30 wanita hamil dengan kolonisasi Grup B Streptococcus dalam vagina atau daerah rektum.Dua pendekatan utama : prenatal skrining (semua wanita hamil di skrining untuk deteksi infeksi Grup B Streptococcus pada 35-37 minggu kehamilan dan dilakukan pengobatan untuk kulturnya yang positif) dan identifikasi dari wanita beresiko tinggi serta mengobati sebelum terjadinya persalinan.
2.8.2 Dari Neonatus.
Pemberian antibiotik profilaksis untuk bayi-bayi asimtomatis yang diduga beresiko tinggi terjadi sepsis oleh Grup B Streptococcus masih kontroversial. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian penisilin pada semua bayi atau bayi <2.000>
KESIMPULAN
•Sepsis neonatorum / sepsis neonatus adalah sindroma klinis yang ditandai gejala sistemik dan disertai bakteriemia dan kultur darah yang positif yang terjadi dalam bulan pertama kehidupan.
•Sepsis neonatorum diklasifikasikan menjadi: early onset dan late onset.
•Etiologi dari sepsis neonatorum
Bakteri gram positif : penyebab paling sering Streptokokus grup B
Bakteri gram negatif penyebab nomor 2 terbanyak Escherichia coli Kl
•Patogenesa dari sepsis early dan late tergantung dari faktor-faktor resiko yaitu; faktor ibu-anak dan faktor mayor -minor.
•Diagnosis sepsis ditegakkan dari anamnesa dan pemeriksaan fisik serta gejala klinis, dan laboratorium.
•Terapi sepsis neonatus adalah secara umum,khusus dan antibiotik.
Prof.Herry Garna, dr, Sp.A (K), Ph.D. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak, edisi ke-3. Bandung : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unpad. Halaman : 109 – 112.
hon.ch/Dossier/MotherChild/neonatal_problems/sepsis_neonatorum.html http://www.chkd.org/High_Risk_Newborn/sepsis.asp
http://www.childrenshospital.org
Apakah bayi baru lahir kurang dari 7 hari memiliki peluang untuk selamat?apakah pernah pengalaman membuktikan ada bayi yg selamat?apakah ada efek samping terhadap bayi jika sudah besar akibat pengobatan penyembuhan sepsis
BalasHapus