Kamis, 15 Juli 2010

REFERAT KUALITAS HIDUP QUALITY OF LIFE

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

2009

BAB I

PENDAHULUAN

Media Indonesia menyajikan hasil survei Litbang Media Group, terhadap 480 responden yang diambil secara acak dari daftar pemilik telefon enam kota besar di Indonesia (Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Medan dan Makassar) (Halida, 2008). Responden ditanya bagaimana pendapatannya sekarang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apakah dirasakan semakin berat atau ringan? Mayoritas responden (73%) merasakan bahwa pemenuhan kebutuhan sehari-hari semakin berat; sebanyak 21% responden merasakan sama saja; dan hanya 6% yang merasakan semakin ringan. Ketika ditanyakan apakah sekarang ini mendapatkan pekerjaan baru dirasakan semakin sulit atau semakin mudah, sebagian besar responden (89%) merasakan sekarang makin sulit mencari pekerjaan baru; sebanyak 5% responden merasakan sama saja; 4% merasakan makin mudah; dan 2% tidak tahu.

Hasil survei ini tidak berbeda dengan laporan mengenai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) untuk tahun 2007/2008 dari United Nations Development Programme (UNDP). Peringkat IPM Indonesia tahun 2007 berada di urutan 107 dari 177 negara. Selain semakin jauh tertinggal oleh Singapura (peringkat 25), Brunei Darussalam (30), Malaysia (63), Thailand (78), dan Filipina (90), peringkat Indonesia juga sudah terkejar oleh Vietnam (105) yang pada tahun 2006 berada di peringkat 109. Tanpa perbaikan strategi pembangunan ekonomi dan sosial secara mendasar, peringkat IPM Indonesia tidak menutup kemungkinan segera disusul oleh Laos (130), Kamboja (131) dan Myanmar (132) di tahun-tahun mendatang

Keberhasilan pembangunan dinilai berdasarkan IPM baik secara global, nasional, maupun di level daerah (propinsi dan kabupaten). IPM mencakup 3 (tiga) indikator yaitu pendidikan, ekonomi (daya beli) dan kesehatan. Indikator bidang kesehatan terutama dinilai berdasarkan 4 (empat) parameter yaitu umur harapan hidup (UHH), angka kematian ibu/maternal (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian Balita (AKABA).

AKI di Propinsi Jawa Barat ialah 68/100.000 kelahiran hidup. Penyebab dominan kematian Ibu di Jawa Barat adalah perdarahan, walaupun keracunan kehamilan juga memainkan peran yang sangat bermakna. Berdasarkan data yang dilaporkan, tingkat kematian neonatal di Jawa Barat hanya 3,7 sementara ada 18 kematian neonatal terestimasi untuk tingkat nasional per 1000 kelahiran (WHO, 2006). Berdasarkan SDKI, angka kematian neonatal bahkan jauh lebih tinggi yaitu 25 dan angka kematian pasca neonatal mencapai 19.

Di Kecamatan Kiara Pedes pada tahun 2008 terjadi 13 bayi meninggal yang sebagian besar disebabkan oleh Asfiksia sebanyak 38.46% dan BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) sebanyak 30,76%.

Tahun 2008 terjadi kematian ibu yang disebabkan karena gagal jantung. Pada tahun 2008 juga terjadi kematian balita yang disebabkan oleh post sirkumsisi.

Capaian yang tergambar melalui IPM tersebut berkorelasi dengan dimensi kesejahteraan. Indikator pokok IPM menggambarkan tingkat kualitas hidup sekaligus kemampuan (capabilitas) manusia Indonesia.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Quality of life (QOL) atau kualitas hidup merupakan pertimbangan dalam urusan kedokteran, QOL mengacu kepada kemampuan pasien menikmati aktivitas kehidupan kesehariannya.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. HDI digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup

2.2 Pengukuran Quality of Life

2.2.1 Indeks Pembangunan Manusia

Physical Quality of Life Index (PQLI atau Kualitas Fisik Indeks Hidup ialah suatu usaha untuk mengukur kualitas hidup atau kesejahteraan hidup suatu negara. Nilainya diambil dari rata-rata tiga nilai statistik yaitu: jumlah buta huruf, angka kematian bayi, dan angka harapan hidup pada usia 1 (satu) tahun, dan semuanya dinilai dengan skala 1-100. Penilaian ini dibuat oleh Overseas Development Council atau dewan perkembangan luar negeri pada pertengahan tahun 1970-an oleh Morris David Morris.

Namun yang digunakan saat ini untuk menilai kesejahteraan hidup ialah menggunakan indeks pembangunan manusia dari PBB

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup , melek huruf , pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. HDI digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju , negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.[1] Indeks ini pada 1990 dikembangkan oleh pemenang nobel india Amartya Sen dan Mahbub ul Haq seorang ekonom pakistan dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan Lord Meghnad Desai dari London School of Economics dan sejak itu dipakai oleh Program pembangunan PBB pada laporan HDI tahunannya. Digambarkan sebagai "pengukuran vulgar" oleh Amartya Sen karena batasanya . indeks ini lebih fokus pada hal-hal yang lebih sensitif dan berguna daripada hanya sekedar pendapatan perkapita yang selama ini digunakan, dan indeks ini juga berguna sebagai jembatan bagi peneliti yang serius untuk mengetahui hal-hal yang lebih terinci dalam membuat laporan pembangunan manusianya.

HDI mengukur pencapaian rata-rata sebuah negara dalam 3 dimensi dasar pembangunan manusia:

· Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat kelahiran

· Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa (bobotnya dua per tiga) dan kombinasi pendidikan dasar , menengah , atas gross enrollment ratio (bobot satu per tiga).

· Standard kehidupan yang layak diukur dengan GDP per kapita gross domestic product / produk domestik bruto dalam paritas kekuatan beli purchasing power parity dalam Dollar Amerika Serikat

Konsep Pembangunan Manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menetapkan peringkat kinerja pembangunan manusia pada skala 0,0 – 100,0 dengan kategori sebagai berikut :

– Tinggi : IPM lebih dari 80,0

– Menengah Atas : IPM antara 66,0 – 79,9

– Menengah Bawah : IPM antara 50,0 – 65,9

– Rendah : IPM kurang dari 50,0

Salah satu alat ukur yang dianggap dapat merefleksikan status pembangunan manusia adalah Human Development Index (HDI) atau IPM. IPM merupakan suatu indeks komposit yang mencakup tiga bidang pembangunan manusia yang dianggap sangat mendasar yaitu usia hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living).

Gambar 2.1 Peta dunia berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia tahun 2005 (Wikipedia, 2009)

1. Usia Hidup

Pembangunan manusia harus lebih mengupayakan agar penduduk dapat mencapai “usia hidup” yang panjang dan sehat. Sebenarnya banyak indikator yang dapat digunakan untuk mengukur usia hidup tetapi dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara global, UNDP memilih indikator angka harapan hidup waktu lahir (life expectacy at birth) yang biasa dinotasikan dengan eo. Angka kematian bayi (IMR) tidak digunakan untuk keperluan itu karena indikator itu dinilai tidak peka bagi negara-negara industri yang telah maju. Seperti halnya IMR, eo sebenarnya merefleksikan keseluruhan tingkat pembangunan dan bukan hanya bidang kesehatan. Di Indonesia eo dihitung dengan metode tidak langsung. Metode ini menggunakan dua macam data dasar yaitu rata-rata anak yang dilahirkan hidup dan rata-rata anak yang masih hidup.

2. Pengetahuan

Selain usia hidup, pengetahun juga diakui secara luas sebagai unsur mendasar dari pembangunan manusia. Dengan pertimbangan ketersediaan data, pengetahuan diukur dengan dua indikator yaitu angka melek huruf (Literacy Rate) dan rata-rata lama sekolah (Mean Years School).

3. Standar Hidup Layak

Selain usia hidup, dan pengetahuan unsur dasar pembangunan manusia yang diakui secara luas adalah standar hidup layak. Banyak indikator alternatif yang dapat digunakan untuk mengukur unsur ini. Dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara internasional UNDP, memilih GDP per kapita riil yang telah disesuaikan (adjusted real GDP per capita) sebagai indikator hidup layak. Berbeda dengan indikator untuk kedua unsur IPM lainnya, indikator standar hidup layak diakui sebagai indikator input, bukan indikator dampak, sehingga sebenarnya kurang sesuai sebagai unsur IPM. Walaupun demikian UNDP tetap mempertahankannya karena indikator lain yang sesuai tidak tersedia secara global. Selain itu, dipertahankannya indikator input juga merupakan argumen bahwa selain usia hidup dan pengetahuan masih banyak variabel input yang pantas diperhitungkan dalam perhitungan IPM. Dilemanya, memasukkan banyak variabel atau indikator akan menyebabkan indikator komposit menjadi tidak sederhana. Dengan alasan itu maka GDP riil perkapita yang telah disesuaikan dianggap mewakili indikator input IPM lainnya.

Angka IPM Indonesia dari tahun ke tahun:

  1. tahun 1980 = 0.522
  2. tahun 1985 = 0.562
  3. tahun 1990 = 0.624
  4. tahun 1995 = 0.658
  5. tahun 2000 = 0.673
  1. tahun 2003 = 0.709
  2. tahun 2004 = 0.714
  3. tahun 2005 = 0.723
  4. tahun 2006 = 0.729
  5. tahun 2007 = 0.734

2.2.2 Indeks Kemiskinan Manusia

Indeks Kemiskinan Manusia (Human Poverty Index) untuk negara-negara berkembang (HPI-1), memfokuskan perhatiannya pada proporsi manusia yang berada di bawah ambang batas dimensi pembangunan manusia yang sama dengan indeks pembangunan manusia – panjang umur dan hidup sehat, memiliki akses terhadap pendidikan, dan standar hidup yang layak. Telaah lebih lanjut dari kekurangan pendapatan menyimpulkan bahwa, HPI-1 merupakan satu alternatif multi-dimensi terhadap pengukuran kemiskinan yang menggunakan tolak ukur $1 per hari (PPP US$).

Nilai HP-1 untuk Indonesia, yaitu 18,5, berada di urutan 41 dari 102 negara-negara berkembang yang sudah dihitung indeksnya

HPI-1 mengukur parahnya tingkat kekurangan dalam kesehatan proporsi penduduk yang tidak diharapkan untuk hidup mencapai umur 40 tahun. Pendidikan diukur dengan tingkat kemampuan baca tulis. Standar hidup layak diukur dengan rata-rata penduduk yang tidak memiliki akses terhadap sumber daya air yang diperbaiki dan proporsi anak-anak di bawah usia 5 tahun yang kekurangan berat badan untuk ukuran usia mereka. Tabel 2 menunjukkan nilai variabel-variabel tersebut untuk Indonesia dan membandingkannya dengan negara-negara lain.

2.3 Indikator Quality of Life

Meskipun "quality of life" atau kualitas kehidupan /QOL sering didiskusikan dan diukur dalam literatur medis, pengukuran-pengukuran dilakukan dengan bermacam-macam cara, metode dan komponen. Diantara studi-studi tersebut komponen yang digunakan pada berbagai studi ialah status kesehatan umum, kapasitas fungsional, fungsi emosi, tingkat kesejahteraan hidup, kebahagiaan, tingkat intelektual, nyeri, mual muntah, tingkat gejala penyakit, kelemahan tubuh, fungsi seksual, aktifitas sosial, daya ingat, status ekonomi, dan status pekerjaan.

Untuk mengetahui kualitas hidup, harus diketahui terlebih dahulu indikatornya. Menurut Organization of Economic and Culture Development (OECD) (1982), indikator kualitas hidup adalah pendapatan, perumahan, lingkungan, stabilitas sosial, kesehatan, pendidikan, dan kesempatan kerja. Indikator yang diajukan OECD bisa dikatakan sangat memadai, dalam arti sudah mencakup banyak hal sebagai cerminan kualitas hidup. Masalahnya adalah, indikator tersebut belum operasional. Dengan kata lain, masing-masing indikator diatas masih perlu dijabarkan lebih lanjut. Beberapa ahli sudah berusaha menjabarkan indikator-indikator kualitas hidup

Kelangsungan hidup atau kualitas hidup merupakan persoalan yang penting dalam perekonomian dan pengetahuan politik. Kualitas hidup diukur berdasarkan faktor sosial dan ekonomi. Bagian yang terpenting ialah kehidupan yang standar, seperti jumlah uang, pelayanan dan akses terhadap barang yang dimiliki oleh seseorang, jumlah dari hal-hal tersebut mudah untuk diukur. Namun, hal lainnya seperti kebebasan, kebahagiaan, seni, kesehatan lingkungan, dan inovasi merupakan hal yang lebih sulit untuk diukur

Pengertian quality of life bermacam-macam. Ini memberikan aspek psikologis bahwa seseorang itu sangat penting. Meskipun, beberapa macam varian ditemukan dengan subjektivitas individu, namun masih terdapat kekonsistensian pengertian secara terminologi yang mengarah kepada keseragaman pemeriksaan ilmiah yang diterapkan pada sistem quality of life. Prinsipnya, ini meliputi penilaian yang sangat teliti dari hal-hal yang bersifat umum (dengan perbedaannya) diantara pilihan-pilihan, opini-opini, prilaku dan nilai-nilai, yang diberikan oleh para peneliti, merupakan arti yang padat dan merupakan pengertian dari quality of life. Dengan cara ini model dari quality of life dikembangkan dengan mencerminkan nilai masing-masing bersama, pilihan dan harapan, pada waktu yang sama, mengkombinasikan kondisi hidup dan statistik dari alam tradisional.

Terdapat berbagai sistem indikator QOL yang dikeluarkan oleh berbagai dewan komunitas, namun terdapat berbagai kesamaan dari berbagai sistem yang dianut. Sebagai contohnya ialah sistem indikator dari The Jacksonville Community Council, Inc.

Sistem QOL The Jacksonville Community Council, Inc. (JCCI) dapat dibantah sebagai sistem indikator QOL yang paling diketahui dan dihormati di Amerika Serikat. Sistem ini sering dipakai dalam literatur-literatur dan telah dipakai sejak tahun 1985.

JCCI mengukur indikator-indikator QOL untuk Jacksonville, Florida dan area sekitarnya (5 negara bagian sekitar Florida sebelah utara timur yaitu Baker, Clay, Duval, Nassau, dan St Johns). Pada tahun 2006 laporan QOL terdiri dari 111 indikator yang diklasifikasikan dalam 9 (sembilan) kategori. Kategori-kategori ini meliputi: mendapatkan pendidikan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang baik, memelihara lingkungan yang alami, perbaikan kesejahteraan dan keharmonisan sosial, dapat menikmati seni, budaya, dan rekreasi, mempertahankan kesehatan masyarakat, adanya pemerintah yang resposif, berpergian secara efisien, dan tetap menjaga amannya komunitas.

Terdapat sistem indikator lainnya yaitu The Arizona Indicators Project (AIP) yang resmi dibuat pada tahun 2007. Sebelumnya, AIP merupakan bentuk dari What Matters-The Maturing of Greater Phoenix (1999-2004), proyek kolaborasi dibawah tanda Institut Morrison untuk Kebijakan Publik di Arizona State University. AIP masih dijalankan oleh Arizona State University dan stafnya ialah fakultas-fakultas di area yang memiliki keahlian berbeda

Indikator yang digunakan untuk pengukur tinggi rendahnya kualitas SDM antara lain indeks kualitas hidup atau yang lebih dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Kemiskinan Manusia (IKM). Pada dasarnya IPM dan IKM mempunyai komponen yang sama, yaitu angka harapan hidup (tingkat kesehatan), penguasaan ilmu pengetahuan (tingkat pendidikan) dan standar kehidupan yang layak (tingkat ekonomi).

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Quality of Life

1. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor dalam menentukan kualitas hidup manusia. Pembangunan pendidikan di Indonesia telah menunjukkan keberhasilan yang cukup besar. Wajib Belajar 6 tahun, yang didukung pembangunan infrastruktur sekolah dan diteruskan dengan Wajib Belajar 9 tahun adalah program sektor pendidikan yang diakui cukup sukses. Hal ini terlihat dari meningkatnya partisipasi sekolah dasar dari 41 persen pada tahun 1968 menjadi 94 persen pada tahun 1996, sedangkan partisipasi sekolah tingkat SMP meningkat dari 62 persen tahun 1993 menjadi 80 persen tahun

Tetapi dibalik keberhasilan program-program tersebut, terdapat berbagai fenomena dalam sektor pendidikan. Kasus tinggal kelas, terlambat masuk sekolah dasar dan ketidakmampuan untuk meneruskan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi merupakan hal yang cukup banyak menjadi sorotan di dunia pendidikan. Kasus putus sekolah yang juga banyak terjadi terutama di daerah pedesaan menunjukkan bahwa pendidikan belum banyak menjadi prioritas bagi orang tua. Rendahnya prioritas tersebut antara lain dipicu oleh akses masyarakat terhadap pendidikan yang masih relatif kecil, terutama bagi keluarga miskin yang tidak mampu membiayai anak mereka untuk meneruskan sekolah ke jenjang lebih tinggi.

Angka melek huruf (AMH) merupakan salah satu indikator yang harus dihitung untuk menentukan indeks pembangunan manusia atau indeks kualitas hidup manusia. AMH adalah persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari.

AMH dapat digunakan untuk (1) mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf, terutama di daerah pedesaan di Indonesia dimana masih tinggi jumlah penduduk yang tidak pernah bersekolah atau tidak tamat SD, (2) menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai media, (3) menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis. Sehingga angka melek huruf dapat berdasarkan kabupaten mencerminkan potensi perkembangan intelektual sekaligus kontribusi terhadap pembangunan daerah.

Angka melek huruf didapat dengan membagi jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis dengan jumlah penduduk usia 15 tahun keatas kemudian hasilnya dikalikan dengan seratus.

Rumus

dimana:

= angka melek huruf ( penduduk usia 15 tahun keatas) pada tahun t

= Jumlah penduduk (usia diatas 15 tahun) yang bisa membaca dan menulis pada tahun t

= Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas

2. Gizi

Masalah gizi merupakan masalah yang multi dimensi, dipengaruhi oleh berbagai faktor penyebab. Penyebab langsung gizi kurang adalah makan tidak seimbang, baik jumlah dan mutu asupan gizinya, di samping itu asupan zat gizi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal karena adanya gangguan penyerapan akibat adanya penyakit infeksi.

Penyebab tidak langsung adalah tidak cukup tersedianya pangan di rumah tangga, kurang baiknya pola pengasuhan anak terutama dalam pola pemberian makan pada balita, kurang memadainya sanitasi dan kesehatan lingkungan serta kurang baiknya pelayanan kesehatan. Semua keadaan ini berkaitan erat dengan rendahnya tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan kemiskinan. Akar masalah gizi adalah terjadinya krisis ekonomi, politik dan sosial termasuk kejadian bencana alam, yang mempengaruhi ketidak seimbangan antara asupan makanan dan adanya penyakit infeksi, yang pada akhirnya mempengaruhi status gizi balita.

Kemiskinan dan kurang gizi merupakan suatu fenomena yang saling terkait, oleh karena itu meningkatkan status gizi suatu masyarakat erat kaitannya dengan upaya peningkatan ekonomi. Beberapa penelitian di banyak negara menunjukkan bahwa proporsi bayi dengan BBLR berkurang seiring dengan peningkatan pendapatan nasional suatu negara.

Secara umum dapat dikatakan bahwa peningkatan ekonomi sebagai dampak dari berkurangnya kurang gizi dapat dilihat dari dua sisi, pertama berkurangnya biaya berkaitan dengan kematian dan kesakitan dan di sisi lain akan meningkatkan produktivitas. Manfaat ekonomi yang diperoleh sebagai dampak dari perbaikan status gizi adalah: berkurangnya kematian bayi dan anak balita, berkurangnya biaya perawatan untuk neonatus, bayi dan balita, produktivitas meningkat karena berkurangnya anak yang menderita kurang gizi dan adanya peningkatan kemampuan intelektualitas, berkurangnya biaya karena penyakit kronis serta meningkatnya manfaat “intergenerasi” melalui peningkatan kualitas kesehatan.

Berdasarkan analisis HL Bloomm (1978) menunjukan bahwa status kesehatan termasuk status gizi dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perilaku , pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Faktor lingkungan antara lain lingkungan fisik, boilogis dan sosial memegang peranan yang terbesar dalam menentukan status kesehatan dan gizi, selanjutnya faktor yang cukup berpengaruh adalah faktor perilaku yang berkaitan dengan pengetahuan dan pendidikan yang menentukan perilaku seseorang atau kelompok untuk berperilaku sehat atau tidak sehat. Faktor pelayanan kesehatan memegang peranan yang lebih kecil dalam menentukan status kesehatan dan gizi dibandingkan dengan kedua faktor tersebut, sedangkan faktor keturunan mempunyai pengaruh yang lebih kecil dibandingkan faktor lingkungan, perilaku da pelyanan kesahatan. Dengan demikian disarankan dalam meningkatkan status kesehatan dan gizi disamping peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dan gizi harus disertai dengan upaya perbaikan lingkungan dan perilaku masyarakat yang berdampak positf pada status kesehatan dan gizi.

Gambar 2.2 Bagan Bloomm

Perbaikan gizi masyarakat merupakan salah satu investasi pembangunan ekonomi. Pada tahun 1992 Bank Dunia menyatakan bahwa perbaikan gizi merupakan salah satu prioritas dalam memberikan pimjaman kepada negara berkembang sebagai suatu investasi pembangunan. Sumber daya yang dialokasikan untuk perbaikan gizi adalah suatu investasi dengan keuntungan jangka pendek dan jangka panjang yang nyata. Hasil investasi di bidang gizi mendukung kebijakan Bank Dunia yang ditujukan untuk menanggulangi kemiskinan dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

3. Angka Kematian Bayi (AKB)

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.

Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.

Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.

Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus.

Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta Kematian Balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gisi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun.

Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.

Cara menghitungnya ialah :

Dimana:

AKB = Angka Kematian Bayi / Infant Mortality Rate (IMR)

D 0-<1th = Jumlah Kematian Bayi (berumur kurang 1 tahun) pada satu tahun tertentu di daerah tertentu.

∑ lahir hidup = Jumlah Kelahiran Hidup pada satu tahun tertentu di daerah tertentu (lihat modul fertilitas untuk definisi kelahiran hidup).

K = 1000

4. Angka Harapan Hidup

Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu negara. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya

Angka Harapan Hidup pada suatu umur x adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya.

Angka Harapan Hidup Saat Lahir adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu.

Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gisi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan.

5. Kesenian dan Rekreasi

Pembangunan sebagai usaha utuk meningkatkan mutu dan taraf hidup masyarakat tidak hanya terbatas pada sektor ekonomi saja tetapi meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk didalamnya kebutuhan akan seni dan rekreasi.

Seni telah memberi pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan manusia. Seiring berjalannya waktu, seni telah mengalami banyak perubahan dan saat ini mulai berkembang dengan baik. Arti seni itu sendiri merupakan sebuah hasil akhir sebuah karya yang diciptakan oleh manusia. Manusia tidak hanya dapat menggagas, melainkan juga dapat mengekspresikan gagasannya.

Bidang-bidang kehidupan manusia seperti ekonomi , sosial politik, cinta dan lain-lain, semuanya memerlukan ekspresi. Manusia dapat hidup hanya dengan mengeskpresikan diri. Manusia dalam mengekspresikan diri itu terdapat ekspresi khusus yang disebut kesenian. Kekhususan itu karena dengan kesenian manusia mengekspresikan gagasan estetik atau pengalaman estetik. Kesenian merupakan penjelmaan pengalaman estetik.

Kehidupan manusia, bersamaan dengan pemenuhan kebutuhan primernya, mereka menyempatkan dan mengupayakan memenuhi hasratnya dalam mengekspresikan pengalaman estetik serta wujud pengalaman estetik. Pengalaman estetik adalah sesuatu yang niscaya timbul dalam hidup manusia. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak disadari, perhatian manusia banyak ditumpukkan pada pengalaman estetik. Sehari-hari manusia banyak memperoleh pengalaman estetik melalui kesenian. Berbusana, berhias, memilih barang-barang, berbicara, bergerak, dalam hal itu semuanya, manusia memperhatikan unsur-unsur estetik dalam kesenian. Dengan demikian, kesenian sebagai ranah ekspresi estetik telah menyertai kehidupan manusia sejak awal hidupnya dan sekaligus juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari seluruh kehidupan manusia. Semuanya itu menunjukkan keunikan kesenian dan kesenian menjadi unsur kebudayaan yang bersifat universal, artinya kesenian itu menjadi kebutuhan hidup manusia, kapan pun dan dimanapun manusia itu berada

6. Ketenagakerjaan

Penduduk dipandang dari sisi ketenagakerjaan merupakan suplai bagi pasar tenaga kerja di suatu negara. Namun tidak semua penduduk mampu melakukannya karena hanya penduduk yang berusia kerjalah yang bisa menawarkan tenaganya di pasar kerja. Penduduk usia kerja dibagi menjadi dua golongan yaitu yang termasuk angkatan kerja dan yang termasuk bukan angkatan kerja. Penggolongan usia kerja di Indonesia mengikuti standar internasional yaitu usia 15 tahun atau lebih

Angkatan kerja sendiri terdiri dari mereka yang aktif bekerja dan mereka yang sedang mencari pekerjaan. Mereka yang terakhir itulah yang dinamakan sebagai pengangguran terbuka. Sedangkan yang termasuk dalam kelompok bukan angkatan kerja adalah mereka yang masih bersekolah, ibu rumah tangga, pensiunan dan lain-lain.

Pembahasan mengenai ketenagakerjaan ini menarik karena beberapa alasan. Pertama, kita dapat melihat berapa besar jumlah penduduk yang bekerja. Kedua, kita dapat mengetahui jumlah pengangguran dan pencari kerja. Ketiga, apabila dilihat dari segi pendidikan maka hal ini akan mencerminkan kualitas tenaga kerja. Keempat, dilihat dari statusnya dapat terlihat berapa jumlah penduduk, yang bekerja di sektor formal yang jaminan sosialnya baik, dan berapa yang bekerja di sektor informal. Kelima, pengetahuan tentang karakteristik dan kualitas tenaga kerja akan berguna sebagai dasar pengembangan kebijakan ketenagakerjaan, terutama pengembangan kesempatan kerja dan peningkatan kualitas SDM yang akan dapat meminimalkan jumlah pengangguran di suatu negara. Hal ini penting karena tingginya angka pengangguran akan menimbulkan konsekuensi negatif bagi masyarakat misalnya meningkatnya kriminalitas.

Gambar 2.3 Penduduk dan Tenaga Kerja

Setengah Pengangguran adalah bagian dari angkatan kerja yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu). Setengah pengangguran dibagi menjadi dua kelompok :

  • Setengah Penganggur Terpaksa, yaitu mereka yang bekerja dibawah jam kerja normal dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan lain.
  • Setengah Penganggur Sukarela, yaitu mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain, misalnya tenaga ahli yang gajinya sangat besar.

7. Angka Kematian Balita (AKABA)

Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir, yang berusia 0 sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11 bulan, 29 hari). Pada umumnya ditulis dengan notasi 0-4 tahun. (Statistics Indonesia, 2009)

Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian bayi).

Dimana:

Jumlah Kematian Balita (0-4)th = Banyaknya kematian anak berusia 0-4 th pada satu tahun tertentu di daerah tertentu

Jumlah Penduduk Balita (0-4)th = jumlah penduduk berusia 0-4 th pada pertengahan tahun tertentu di daerah tertentu

K = Konstanta, umumnya 1000.

8. Angka Kematian Ibu (AKI)

Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup.

Penyebab kematian ibu. adalah perdarahan, eklampsia atau gangguan akibat tekanan darah tinggi saat kehamilan, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi. Perdarahan, yang biasanya tidak bisa diperkirakan dan terjadi secara mendadak, bertanggung jawab atas 28 persen kematian ibu. Sebagian besar kasus perdarahan dalam masa nifas terjadi karena retensio plasenta dan atonia uteri. Hal ini mengindikasikan kurang baiknya manajemen tahap ketiga proses kelahiran dan pelayanan emergensi obstetrik dan perawatan neonatal yang tepat waktu. Eklampsia merupakan penyebab utama kedua kematian ibu, yaitu 13 persen kematian ibu di Indonesia (rata-rata dunia adalah 12 persen). Pemantauan kehamilan secara teratur sebenarnya dapat menjamin akses terhadap perawatan yang sederhana dan murah yang dapat mencegah kematian ibu karena eklampsia

Aborsi yang tidak aman. bertanggung jawab ter hadap 11 persen kematian ibu di Indonesia (ratarata dunia 13 persen). Kematian ini sebenarnya dapat dicegah jika perempuan mempunyai akses terhadap informasi dan pelayanan kontrasepsi serta perawatan terhadap komplikasi aborsi.

Informasi mengenai tingginya MMR akan bermanfaat untuk pengembangan program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang aman bebas risiko tinggi (making pregnancy safer), program peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistim rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran, yang semuanya bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi.

Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu dan dinyatakan per 100.000 kelahiran hidup, dengan membagi angka kematian dengan angka fertilitas umum. Dengan cara ini diperoleh rasio kematian ibu kematian maternal per 100.000 kelahiran

Dimana:

Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan, pada tahun tertentu, di daerah tertentu.

Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun tertentu, di daerah tertentu.

Konstanta =100.000 bayi lahir hidup

BAB III

RINGKASAN

Quality of life mengacu kepada kemampuan pasien dalam menikmati aktivitas kehidupan kesehariannya, yang dilihat dari berbagai indikator seperti sosial ekonomi, pendidikan, gizi, angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), angka harapan hidup, ketenagakerjaan, seni dan rekreasi.

Kualitas hidup suatu negara dapat diukur melalui indeks pembangunan manusia atau indeks kemiskinan manusia.


SUDAH COCOK ??? (note= gambar dan bagan sulit di upload jadi gak muncul, tapi difilenya ada)

BUTUH DAFTAR PUSTAKANYA ??

Hubungi SMS SAJA 02291339839
(Jangan berpikiran macam2 dulu dok,he2.. Saya gak jualan kok. . . SMS aja dulu. . .)

Salam TS

Dr Mantap


1 komentar: