BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
BANDUNG
2010
BAB I
PENDAHULUAN
World Sight Day (WSD) adalah hari peringatan tahunan diselenggarakan pada Kamis kedua bulan Oktober, untuk memfokuskan perhatian dunia pada kebutaan dan penglihatan. Dari fakta yang ada diketahui bahwa masalah kesehatan mata di dunia cukup memprihatinkan, ini diketahui sebagai mana berikut:17
1) Sekitar 314 juta orang di seluruh dunia hidup dengan penglihatan yang rendah dan kebutaan 17
2) Dari jumlah tersebut, 45 juta orang buta dan 269 juta orang memiliki penglihatan yang rendah17
3) 145 juta orang memiliki penglihatan rendah disebabkan kegagalan refraksi yang tidak dapat dikoreksi (penglihatan dekat, penglihatan jauh atau astigmatisme). Pada sebagian besar kasus, penglihatan normal dapat dipulihkan dengan kacamata. 17
4) Perempuan secara signifikan lebih besar menghadapi risiko kehilangan penglihatan daripada laki-laki, dua pertiga dari orang-orang buta di seluruh dunia adalah perempuan & anak-anak. 17
5) 90% dari orang buta tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah17
6) Namun 80% dari kebutaan dapat dihindari 17
7) Restorasi penglihatan, dan strategi pencegahan kebutaan yang efektif contohnya dengan biaya intervensi dalam perawatan kesehatan17
8) Menurunnya penyebab kebutaan karena infeksi. 17
9) Penyebab kebutaan karena infeksi menurun sebagai akibat dari intervensi kesehatan publik dan pembangunan sosial-ekonomi. Kebutaan karena trakoma sekarang mempengaruhi kurang dari 80 juta orang, dibandingkan dengan 360 juta pada tahun 198517
10) Populasi yang menua dan perubahan gaya hidup berarti bahwa kondisi kebutaan kronis seperti retinopati diabetic diproyeksikan akan meningkat secara eksponensial17
Tanpa adanya intervensi yang efektif, jumlah orang buta di seluruh dunia telah diproyeksikan meningkat menjadi 76 juta pada tahun 2020.
Direktur RS Mata Cicendo dr. Kautsar Boesoirie dalam sambutannya di peringatan Hari Penglihatan Sedunia (World Sight Day) 2009 tanggal 17 Oktober 2009 di RS Mata Cicendo mengatakan bahwa “Berdasarkan data WHO, 45 juta penduduk dunia mengalami kebutaan, sedangkan di Indonesia, 3 juta orang yang alami kebutaan. Sesungguhnya 75 % dari jumlah tersebut bisa dihindari, namun hingga kini masyarakat Indonesia belum tahu cara memelihara kesehatan mata”3
Menurut survey nasional tahun 1996, 1,5 % penduduk di Indonesia mengalami kebutaan dengan penyebab utama katarak. Hal ini merujuk dari hasil Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993-1996 yang dilakukan Departemen Kesehatan di 8 propinsi (Sumatra Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat). Sedangkan 25 % dari penduduk Indonesia butuh kacamata, akibat kelainan refraksi untuk membantu penglihatan. Sementara itu 135 juta orang di dunia menggunakan kacamata, lebih tinggi dari penyandang tunanetra. 3,6
Angka kebutaan negara lain di Regional WHO Asia Tenggara yang cukup tinggi antara lain Bangladesh (1,0 %), India (0,7 %), dan Thailand (0,3 %), WHO memperkirakan, ada 45 juta penderita kebutaan di dunia. Tiap menit ada 12 orang buta di dunia. Di Indonesia tiap menit ada satu orang menjadi buta. Sebagian besar berada di daerah miskin dengan kondisi sosial ekonomi lemah.2
Penyebab utama kebutaan adalah katarak (0,78 %), glaucoma (0,20 %), dan kelainan refraksi (0,14 %) serta penyakit lain yang berhubungan dengan usia lanjut. Besarnya jumlah penderita katarak di Indonesia saat ini berbanding lurus dengan jumlah penduduk usia lanjut yang pada tahun 2000 diperkirakan berjumlah 15,3 juta (7,4 % total penduduk). Jumlah itu akan bertambah besar di masa depan seiring peningkatan usia harapan hidup.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Oftalmologi Komunitas
Oftalmologi Sosial = Oftalmologi Komunitas adalah cabang oftalmologi yang berorientasi pada kesehatan masyarakat paripurna (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) dengan menekankan pada aspek-aspek promotif dan preventif. 9
Oftalmologi komunitas memerlukan pendekatan yang komprehensif untuk pencegahan secara primer, sekunder dan tersier untuk semua penyakit mata seperti kekurangan vitamin A, trachoma, campak, diabetes retinopathy, gangguan refraksi, dan lain-lain. Ophthalmologi komunitas didasarkan pada prinsip-prinsip pendekatan pelayanan kesehatan primer. Pemerataan, keterlibatan masyarakat, fokus pada pencegahan, teknologi tepat guna dan pendekatan multisektorial adalah beberapa nama dalam pendekatan pelayanan kesehatan primer.5
Dalam melaksanakan program kesehatan mata masyarakat Indonesia, Indonesia telah bergabung dalam program WHO (World Health Organization) melalui programnya untuk kesehatan mata yaitu Vision 2020.
Tabel 2.1 Peringkat penyebab kebutaan di Indonesia.9
Peringkat | Penyebab Kebutaan | Jumlah (%) Dari Total Penduduk Indonesia |
1 | Lensa | 0,78 |
2 | Glaucoma / N II | 0,20 |
3 | Kelainan refraksi | 0,14 |
4 | Retina | 0,13 |
5 | Cornea | 0,10 |
6 | Others | 0,15 |
Total blindness | 1,5 |
2.2 Aspek-Aspek Oftalmologi Komunitas
Dalam Oftalmologi mencakup aspek promotif dan preventif, dimana targetnya adalah masyarakat atau komunitas guna mempertahankan kualitas hidup pada tingkat yang baik.9
Definisi dari promotif ialah suatu proses pembelajaran dari, oleh, untuk masyarakat yang disesuaikan dengan sosial budaya setempat. Artinya masyarakat diberdayakan. 9
Sehingga masyarakat mampu mengenali, memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan indera penglihatan. 9
Preventif dalam oftalmologi komunitas dititikberatkan pada glaucoma, kelainan refraksi, penyakit degenerasi, gangguan kornea. 9
Usaha preventif dikelompokan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
1. Primer yaitu mencegah terjadinya penyakit 9
Misalnya:
o Defisiensi vitamin A: beri gizi yang baik
o Trachoma: dengan air dan sanitasi yang bersih
o Cacar/Campak: dengan imunisasi
o Kelainan Refraksi: nonton TV pada jarak minimal 5X diagonal TV. Jarak baca 30 cm pada tempat yang cukup terang.
o Glaukoma: diatas umur 40 tahun, kontrol tekanan bola mata secara teratur
2. Sekunder yaitu mencegah hilangnya tajam penglihatan dari penyakit yang sedang diderita 9
o Defisiensi vitamin A: bila ada gejala-gejala buta senja, segera beri vitamin A 2X
o setahun dan memperbaiki gizi
o Katarak: operasi bila visus menurun
o Glaukoma: penyelamatan penglihatan dengan operasi atau terapi secara teratur
o Retinopati diabetik: menyelamatkan penglihatan dengan terapi laser pada retina
3. Tertier yaitu memperbaiki visus pada orang buta. 9.
o Katarak: operasi
o Sikatriks kornea: keratoplasty
o Penderita Low Vision: pakai alat bantu penglihatan, misalnya kaca pembesar.9
Angka kebutaan menurut WHO:
ü 0,5% : masalah medis
ü >0,5% - <>
ü >1% : masalah sosial dimana sangat mempengaruhi pembangunan kesehatan nasional, khususnya kesehatan mata. 9
2.3 Vision 2020
Vision 2020 merupakan inisiatif global untuk mengeliminasi kebutaan yang dapat dihindari, program gabungan World Health Organization (WHO) dan International Agency for the Prevention of Blindness (Badan Internasional Pencegahan Kebutaan (IAPB)) dengan keanggotaan internasional LSM, asosiasi profesi, institusi perawatan mata dan perusahaan.10
Vision 2020, melalui WHO, IAPB dan organisasi anggota, menyediakan dukungan teknis dan advokasi untuk kegiatan pencegahan kebutaan di seluruh dunia. Pada tingkat nasional, kemitraan yang kuat antara Departemen Kesehatan, LSM nasional dan internasional, organisasi profesi, dan kelompok masyarakat sipil, dibawa bersama-sama dalam komite Vision 2020 atau usaha pencegahan nasional terhadap kebutaan, harus memfasilitasi pengembangan dan pelaksanaan yang efektif dan berkelanjutan secara nasional dalam rencana perawatan mata.11
Vision 2020 berusaha menghilangkan penyebab utama kebutaan yang dapat dihindari bagi semua orang di dunia dan memberikan orang hak untuk melihat.11
Tujuannya adalah untuk menghilangkan kebutaan yang dapat dihindari pada tahun 2020. Dalam jangka panjang, usaha ini juga untuk memastikan penglihatan yang terbaik bagi semua orang, dengan demikian meningkatkan kualitas hidup mereka. Tujuan ini harus dicapai melalui pembentukan berkelanjutan, komprehensif sistem perawatan mata sebagai bagian integral dari setiap sistem kesehatan nasional.11
Strategi Vsision 2020 dibangun atas dasar partisipasi masyarakat, dengan tiga komponen atau unsur penting:
1) Biaya intervensi pengendalian penyakit yang efektif;
2) Pengembangan sumber daya manusia (pelatihan dan motivasi); dan
3) Pembangunan infrastruktur (fasilitas, teknologi tepat guna, habis, dana)11
Vision 2020 bertujuan untuk:
1. Meningkatkan kesadaran, pada masyarakat, tentang penyebab kebutaan yang dapat dihindari dan solusi-solusi yang dapat membantu menghilangkan masalah;
2. Mengidentifikasi dan mengamankan sumber daya yang diperlukan di seluruh dunia dalam rangka untuk memberikan tingkat peningkatan aktivitas dalam pencegahan, pengobatan dan program rehabilitasi dan
3. Memfasilitasi perencanaan, pengembangan, dan implementasi dari tiga elemen dari rencana strategis Vision 2020 pada program nasional.11
2.4 Kelainan-Kelainan Mata Yang Menjadi Masalah Oftalmologi Komunitas
2.4.1 Kelainan Refraksi
Kesalahan refraktif (miopia, hypermetropia, Silindris, presbiopia) mengakibatkan gambar menjadi tidak terfokus dan jatuh di retina. Gangguan refraksi yang tidak dikoreksi, mempengaruhi orang-orang dari segala usia dan kelompok etnis, dan merupakan penyebab utama melemahnya penglihatan. Pada orang-orang ini mungkin dapat mengakibatkan kehilangan pendidikan dan kesempatan kerja, produktivitas yang rendah dan gangguan kualitas hidup.12
Pelayanan harus difokuskan pada anak-anak, orang miskin dan orang dewasa di atas usia 50 tahun, dan koreksi yang diberikan harus terjangkau, kualitas baik dan dapat diterima secara kultural. Pelayanan untuk kesalahan refraktif harus diintegrasikan pada semua tingkat penyediaan perawatan mata. 12
2.4.2 Kebutaan Pada Anak
Departemen kesehatan telah menetapkan batasan dari kebutaan ialah golongan social blind bila visusnya finger counting jarak 1 meter (visus = 1/60) dan medical ophthalmological blind bila tidak ada persepsi sinar (visus = nol).19
Diperkirakan bahwa ada 1,4 juta anak-anak buta di dunia, 1 juta di antaranya hidup di Asia dan 300 000 di Afrika. Prevalensi berkisar dari 0.3/1000 anak-anak berusia 0-15 tahun di negara-negara makmur untuk anak-anak yang sangat 1.5/1000 masyarakat miskin. Meskipun jumlah anak-anak buta relatif rendah, mereka memiliki kebutaan masa depan, dengan perkiraan 75 juta buta-tahun (angka buta × panjang kehidupan), kedua setelah katarak. 13
Laporan yang sama menunjukkan bahwa 500 000 anak-anak menjadi buta setiap tahun (hampir satu per menit). Banyak mati di masa kanak-kanak dari penyebab yang mendasari, seperti campak, meningitis, rubela, prematur, genetik penyakit dan cedera kepala. Sebagian besar anak-anak buta baik lahir buta atau menjadi buta sebelum usia 5 tahun. Karena perbedaan demografi, jumlah anak-anak yang buta per 10 juta penduduk bervariasi dari sekitar 600 di negara makmur sekitar 6.000 dalam masyarakat sangat miskin. Sekitar 40% dari masa kanak-kanak menyebabkan kebutaan dapat dicegah atau diobati. 13
Trachoma merupakan infeksi paling umum penyebab kebutaan, disebabkan oleh Chlamydia trachomatis. Anak-anak yang memiliki tahap aktif penyakit menjadi reservoir dari infeksi, sementara kebutaan, yang terjadi setelah berkali-kali episode infeksi, terutama mempengaruhi orang dewasa. Anak laki-laki dan perempuan sama-sama dipengaruhi oleh infeksi aktif, sedangkan kebutaan lebih sering terjadi pada wanita. Trachoma berhubungan dengan kondisi kemiskinan, mempengaruhi masyarakat yang memiliki persediaan air yang buruk dan sanitasi dan pelayanan kesehatan yang buruk. Organisme ini ditularkan dari orang ke orang melalui kontak langsung dan tidak langsung dan oleh lalat. Kebutaan dapat dicegah dengan operasi untuk memperbaiki penutupan tutup bagian atas (trichiasis), sementara infeksi dan penularan dapat dikurangi dengan operasi, antibiotik, wajah kebersihan dan perubahan lingkungan (strategi yang aman).13
2.4.3 Katarak
Bila di indonesia katarak merupakan penyabab kebutaan yang utama, tidak demikian dengan negara yang telah maju. Di Amerika Serikat penyebab utama dari kebutaan orang dewasa sampai orang tua adalah oleh karena komplikasi diabetes melitus.19
Katarak adalah mengaburnya lensa mata yang menghalangi jalan cahaya. Walaupun kebanyakan kasus katarak yang berkaitan dengan proses penuaan, kadang-kadang anak-anak dapat lahir dengan kondisi, atau katarak dapat berkembang setelah mata luka, peradangan, dan beberapa penyakit mata lainnya.14
Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa. Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapai timbul pada berbagai usia tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah memulai proses degenerasi.4
Diperkirakan terdapat hampir 18 juta orang-orang yang buta karena katarak bilateral, mewakili hampir setengah dari semua penyebab kebutaan karena penyakit mata global. Proporsi kebutaan karena katarak di antara semua penyakit mata berkisar dari 5% di Eropa Barat, Amerika Utara dan negara-negara yang lebih makmur di Pasifik Barat hingga 50% atau lebih di daerah miskin. 14
Di Indonesia, jumlah penderita kebutaan akibat katarak selalu bertambah 210.000 orang per tahun, 16 % diantaranya diderita penduduk usia produktif. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi utama ialah usia. Selain itu seringkali dikaitkan dengan faktor risiko cedera, penyakit mata tertentu (misalnya uveitis), diabetes, iradiasi ultraviolet dan merokok. Katarak pada anak-anak terutama disebabkan kelainan genetika. Katarak menonaktifkan visual jauh lebih sering terjadi di negara-negara berkembang daripada di negara-negara industri, dan perempuan pada risiko yang lebih besar daripada laki-laki dan kecil kemungkinannya untuk memiliki akses ke tempat pelayanan. 6,14
2.4.4 Retinopati Diabetikum
Retinopati diabetikum diakui dengan baik sebagai komplikasi diabetes melitus. Uji klinis telah menunjukkan bahwa kontrol yang baik terhadap diabetes dan hipertensi secara signifikan mengurangi resiko retinopati diabetes, dan ada bukti dari studi-studi yang berjalan lebih dari 30 tahun dengan pengobatan terhadap retinopati diabetikum dapat mengurangi resiko kehilangan penglihatan lebih dari 90 %.15
Begitu penglihatan telah hilang akibat retinopati diabetes, biasanya tidak dapat dikembalikan, meskipun beberapa bentuk retinopati dapat dirawat dengan operasi kompleks vitreo-retina. Program skrining untuk mendeteksi retinopati diabetes pada tahapan di mana pengobatan masih dapat mencegah kehilangan penglihatan, dan program pendidikan kesehatan adalah pencegahan utama kebutaan karena retinopati diabetes. Perawatan untuk retinopati diabetes relatif mahal dan memerlukan tenaga profesional terlatih perawatan mata. Layanan yang efektif untuk pencegahan dan pengobatan retinopati diabetes dapat diberikan hanya jika pelayanan medis yang memadai untuk pasien dengan diabetes mellitus berada di tempatnya.15
2.4.5 Glukoma
Glaukoma adalah sekelompok kondisi yang ditandai oleh kerusakan saraf optik (dideteksi dengan menangkupkan (cupping) patologis dari cakram optik) dan kehilangan lapang pandang. Dua tipe utama utama glaukoma ialah glukoma sudut terbuka primer dan glukoma sudut tertutup primer.16
Glaukoma sudut terbuka primer lebih sering pada orang kulit putih dan Afro-Karibia, sedangkan glaukoma sudut tertutup primer lebih umum di Asia Tenggara. Glaukoma tidak lazim di kalangan orang-orang di bawah usia 40 tahun, tetapi prevalensi meningkat dengan bertambahnya usia. Faktor risiko lain termasuk yang dapat meningkatkan tekanan di dalam mata (tekanan intraokular), sejarah keluarga yang positif dan pada kelompok etnis yang rentan. Glaukoma sudut terbuka primer, tidak dapat dicegah, tapi serangan akut glaukoma sudut tertutup primer dan bentuk penyakit lain yang lebih kronis dapat dicegah dengan deteksi dini, diikuti dengan perawatan laser atau pembedahan iris. Sebagai tahap awal kedua jenis glaukoma sering asimtomatik, pasien sering datang terlambat, terutama di negara-negara berkembang. Begitu penglihatan telah hilang, terlepas dari jenis glaukoma, penglihatannya sudah tidak dapat dipulihkan kembali.16
Ancaman mata glaukoma menahun (sudut terbuka) adalah rusaknya penglihatan secara berangsur-angsur. Derajat gangguan penglihatan tersebut berkisar antara sedikit kabur dan buta total. Penyakit ini mengenai kedua belah mata dan mempunyai sifat dapat diturunkan mungkin secara multifaktorial atau poligenik. Glaukoma bayi (glaukoma infantil) biasanya diturunkan secara resesif autosomal, sedaigkan beberapa sindrom glaukoma yang khas diturunkan secara dominan autosomal. Glaukoma akut (glaukoma sudut tertutup) meliputi kurang dari 5 % kasus glaukoma primer.1
Kebutaan sering bisa dicegah bila pengobatannya diberikan secara dini. Tujuan pengobatannya adalah memperlancar pengaliran cairan mata melalui saluran-salunan yang ada dengan memakai miotik dan pada sebagian kasus menghambat sekresi cairan mata oleh jonjot-jonjot siliar dengan menggunakan obat-obat sistemik atau topikal. Miotik yang paling sering dipakai adalah pilokarpin. Penghambat sekresi yang paling banyak digunakan adalah epinefrin dan timolol maleat yang diberikan secara topika, dan aselazolamid yang dibenkan secara oral. Memperlancar pengaliran keluar dapat juga dilakukan dengan trabekuloplasti laser. Pembedahan'kadang-kadang diperlukan pada stadium lebih lanjut bila obat-obatan tidak dapat lagi menurunkan tekanan intraokular. 1
Penatalaksanaan glukoma sebaiknya diserahkan kepada dokter spesialis mata, tetapi semua dokter harus berperan serta dalam menegakkan diagnosis dengan cara mengerjakan oftalmoskopi dan tonometri secara rutin sebagai bagian pemeriksaan fisik pada penderila yang sudah bisa diajak bekerja sama. Hal ini sangat penting terutama pada penderita dengan riwayat glaukoma di dalam keluarganya. Dokter harus mengenali perubahan saraf optik pada glaukoma seperti yang terlihat dengan oftalmoskop. Kasus-kasus yang meragukan haruslah dirujuk ke dokter spesialis mata untuk memastikan diagnosis dan untuk penatalaksanaannya.1
2.4.6 Defisiensi Vitamin A
Menurut WHO, Indonesia merupakan salah satu Negara dengan prevalensi defisiensi vitamin A tertinggi diantara negara-negara sedang berkernbang.7
Hasil survei Pemantauan Status Gizi dan Kesehatan tahun 1998-2002, yang menunjukkan bahwa sampai tahun 2002, sekitar 10 juta anak Indonesia terancam kekurangan vitamin A.8
Defisiensi vitamin A merupakan gangguan nutrisi yang dapat mengakibatkan kebutaan. Defisiensi vitamin A dapat disebabkan kemiskinan dan ketidaktahuan terhadap nilai gizi. Kelainan ini dapat ditemukan pada pasien dengan keadaan ekonomi rendah. Bila terdapat pada keluarga dengan keadaan ekonomi sedang. maka mungkin sangat erat hubungannya dengan ketidaktahuan, menderita penyakit diare atau akibat penyakit infeksi virus lainnya. Vitamin A banyak terdapat dalam wortel, sayur hijau. lemak ikan. hati, kuning telurn dan susu.4
Vitamin A memegang peranan pada jaringan ektoderm seperti saluran nafas, saluran cerna, saluran kemih, konjungtiva, kornea, dan retina. Gejala utama defisiensi vitamin A pada mata adalah buta senja, xerosis konjungtiva, dan keratomalasia. Defisiensi vitamin A biasanya ditemukan pada anak-anak di bawah usia 3 tahun. 4
2.5 Peranan Kesehatan Mata Melalui Puskesmas
Angka kebutaan di Indonesia diperkirakan sekitar tahun 1982 yaitu 1,3% dari jumlah penduduk, di antaranya kebutaan tersebut dapat dicegah dan diobati. Pada umumnya pelayanan kesehatan mata, terutama dititikberatkan pada pelayanan individu. Selama orientasi kita masih terpaku pada pelayanan individu, maka kebutaan akan bertambah terus yang mungkin pada akhir abad kedua puluh dapat berlipat ganda. Pengetahuan mengenai pencegahan dan pengobatan trakoma atau xeroftalmi, telah kita kuasai, demikian juga memperbaiki ketajaman penglihatan pada katarak dengan berbagai operasi, maupun keratoplasti pada kerusakan kornea. Tetapi yang menjadi masalah utama ialah bagaimana cara penerapannya pada seluruh bangsa Indonesia. Untuk mencapainya, tentu perlu koordinasi yang mantap dalam pelayanan kesehatan mata, dalam usaha pencegahan kebutaan dan penurunan fungsi penglihatan.18
Sejak 1979/1980 telah dimulai pelayanan kesehatan mata melalui Puskesmas, yang merupakan pintu gerbang utama dalam pelayanan kesehatan, yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Menurut terminologi W.H.O. Puskesmas disebut "Primary Eye Care" (P.E.C.), adalah unit terdepan yang merupakan bagian integral dari Puskesmas, yang meliputi usaha-usaha peningkatan pencegahan dan pengobatan terhadap individu dan masyarakat, di mana masyarakat merupakan sasaran utama dari pelayanan tersebut.18
Tujuan Primary Eye Care yaitu melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan mata yang diintegrasikan di Puskesmas, yang berhubungan langsung dengan masyarakat, sehingga angka kesakitan mata dapat ditekan dan kebutaan serta kemunduran fungsi penglihatan dapat dihilangkan.18
Dalam usahanya mencapai tujuan dari Primary Eye Care maka dibuat kebijakan:
1. Penduduk yang berpenghasilan rendah, baik yang tinggal di desa maupun di kota, mendapat prioritas dalam pelayanan kesehatan mata.
2. Pelayanan terutama ditekankan pada usaha peningkatan kesehatan mata, pencegahan dan pengobatan.
3. Pelayanan kesehatan mata mengutamakan pelayanan penderita yang berobat jalan.
4. Sistem pelayanan kesehatan mata berorientasi pada masyarakat dengan partisipasi aktif mereka.
Demi keberhasilan kegiatan P.E.C., peranan dokter Puskesmas dan para medik, yang mendapat pendidikan tambahan di bidang Ilmu Kesehatan Mata sangat penting. Karenanya dokter Puskesmas beserta stafnya perlu mendapat penyegaran dan latihan mengenai pengetahuan kesehatan mata, sehingga mereka terampil dalam pekerjaannya di Puskesmas, seperti:18
a. Membuat diagnosa dini dan pengobatan dini dari penyakit mata yang terbanyak pada masyarakat.
b. Melakukan operasi kecil seperti entropion, ektropion, insisi hordeolum, kalasion, pengeluaran benda asing dikornea, abses kelopak mata.
c. Melakukan pertolongan pertama pada glaukoma kongestif akut, hifema, ulkus kornea, trauma. Melaksanakan rujukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri ke tingkat yang lebih tinggi: Mata merah dengan penurunan visus, katarak dengan visus yang buruk, ambliopia.
d. Melaksanakan pengawasan lanjut, pada kelainan-kelainan mata sebelum dirujuk misalnya kata rak stadium imatur, yang belum dirujuk, bila belum ada indikasi operasi.
e. Menumbuhkan partisipasi masyarakat dengan meningkatkan kesadaran dan motivasi masyarakat
f. Membuat laporan dan pencatatan kasus dengan memperhatikan nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, keluhan dan gejala, diagnosa dan pengobatan yang diberikan.
g. Melakukan case finding, baik aktif, maupun pasif, untuk kasus-kasus yang didapat di P.E.C. ataupun di lapangan.
h. Melaksanakan pemeriksaan ketajaman penglihatan memakai optotipe Snellen. Jika tajam penglihatan tak dapat mencapai 5/10 sebaiknya rujuk.
i. Pemeriksaan tonometri, terutama untuk orang yang berusia 40 tahun atau lebih, memakai tonometer Schiotz, guna menemukan glaukoma secara dini.
j. Pengobatan: seperti pada xeroftalmia, konjungtivitis gonore dan nongonore, trakoma, trauma mata tanpa penurunan tajam penglihatan dan Iain-lain.18
Obat-obat yang harus ada di P.E.C:
1.Salep mata tetrasiklin 1 %
2.Salep mata kloramfenikol 1%
3.Salep mata sulfasetamid 10%
4.Tetes mata tetrakain 0,5%
5.Kapsul vitamin A 110 mg (200.000 IU)
6.Karbonik anhidrase inhibitor tablet
7.Pilokarpin 2%
Alat-alat yang diperlukan:
1.Optotipe Snellen
2.Trial lens set + trial frame
3.Oftalmoskop
4.Tonometer Schiotz
5.Kertas fluoresein steril
6. Satu set alat pembedahan kelopak mata
7.Ekstraktor benda asing
8.Perlengkapan penutup mata :
- kasa,
- pleister
Alat pembantu latihan:
-Buku petunjuk
-Alat peraga
Dalam kegiatan P.E.C. ini, peran serta masyarakat, merupakan tulang punggung keberhasilan kegiatan P E C karena untuk merekalah kegiatan ini diselenggarakan.
2.6 Program Nasional Menangani Kebutaan
Program Nasional adalah: 9
ü Menurunkan angka kebutaan <>
ü Menurunkan angka kesakitan mata
ü Mendekatkan pelayanan kesehatan mata kepada masyarakat
Hasil survey indera penglihatan pada tahun 1982 yaitu 1,2% blind rate, kemudian pada tahun 1993-1996 menjadi 1,5%. 9
Penyebab meningkatnya angka kebutaan dari 1,2% menjadi 1,5% disebabkan oleh:
1. Bertambahnya usia harapan hidup
2. Sekarang penyakit degenerasi mendominasi penyakit infeksi
3. Kurangnya pelayanan kesehatan mata. 9
Aktifitas yang dapat menurunkan angka kebutaan yaitu:
Di semua tempat harus ada:
1. Penyediaan pelayanan katarak
2. Deteksi dini/skrining dan pengobatankelainan refraksi
3. Di tempat tertentu ada suplemen vitamin A, penanggulangan trachoma dengan SAFE (Surgery, antibiotic, Face washing, Environmental) 9
Pemerintah selama ini telah melakukan langkah-langkah dalam mengatasi kebutaan dengan bekerja sama dengan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) baik dalam negeri maupun dari luar negeri, dan mengadakan:
a. Training UKM/PK bagi kader kesehatan untuk mencari kasus katarak siap operasi
b. Training bagi para medis untuk cari kasus katarak, dan perawatan post op katarak
c. Training bagi dokter puskesmas
d. Training bagi guru-guru SD untuk deteksi dini kelainan refraksi
e. Operasi katarak secara massal disebut SAFARI KATARAK dengan biaya murah ataupun gratis bagi gakin (keluarga miskin)
BAB III
KESIMPULAN
Indonesia ditempatkan WHO (World Health Organization) pada posisi yang kurang baik yaitu setara dengan negara-negara di benua Afrika yaitu dengan prevalensi kebutaan diatas 1%. Hasil survey Kebutaan dan Morbiditas Nasional tahun 1993-1996 justru memperlihatkan peningkatan prevalensi kebutaan dibandingkan survey tahun 1982, dengan penyebab kebutaan utama yaitu katarak.
Ophthalmologi komunitas didasarkan pada prinsip-prinsip pendekatan pelayanan kesehatan primer seperti Puskesmas, dan lebih menitikberatkan kepada pencegahan. Indonesia telah bergabung dalam program WHO (World Health Organization) melalui programnya untuk kesehatan mata yaitu Vision 2020 untuk mengurangi angka kebutaan di masyarakat.
BUTUH DAFTAR PUSTAKANYA ??
Hubungi SMS SAJA 02291339839
(Jangan berpikiran macam2 dulu dok,he2.. Saya gak jualan kok. . . SMS aja dulu. . .)
Salam TS
Dr Mantap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar